Langsung ke konten utama

KUMBOLO



            Sering aku dengar dari Nenekku tentang sebuah danau yang begitu indah. Nenekku  menceritakannya dengan begitu bersemangat seakan ia pernah mengunjungi tempat itu, di dekatnya terdapat sebuah tangga beralaskan tanah bumi yang begitu  menanjak. Dari cerita Nenek yang selama ini telah aku dengar, aku menyebut tanjakan itu sebagai tanjakan “menuju negeri di atas awan”, dalam bayanganku tanjakan itu sangat panjang, dan sangat melelahkan untuk dilalui. Aku melihat di belakang tanjakan itu ada sebuah negeri yang satu orang pun tidak pernah tahu seperti apa. Aku sempat bermimpi pernah mengunjungi tempat itu. Aku bermimpi melihat suatu bayangan indah yang bahkan di dunia ini tidak ada seorangpun yang mampu membayangkannya. Ya, aku mengaranganya sendiri. Aku mengimajinasikannya sendiri. Sangat indah.
            “Kinar, sedang apa? bantu Nenek di dapur !” teriakan itu membuyarkan lamunan indahku tentang sebuah danau dengan tanjakan beralaskan tanah di dekatnya.
            “Diam saja Nek, ada apa?” tanyaku tak mau beranjak dari tempat melamunku.
            “Sini, bantu Nenek dulu nduk !!” aku tak menjawabnya, langsung saja aku pergi ke dapur menemui Nenekku tersayang.
            “Bantu apa Nenek?” tanyaku manja.
            “Ini loh nduk, dipotongin kecil-kecil ya.... “ Nenek memotong wortel itu kecil-kecil lalu memberikannya padaku, dan aku meneruskannya dengan cepat karena memang aku sering membantu Nenek setiap harinya.
            “Nek, sekalian Kinar mau cerita ya?”
            “Cerita apa nduk?”
            “Nek, Kinar ingin pergi ke danau yang sering Nenek ceritakan pada Kinar, di mana itu Nek? boleh kan Kinar pergi?” Nenek hanya tersenyum mendengar rengekanku.
            “Mau apa? itu kan hanya khayalan Nenek saja nduk. Sudahlah, lupakan saja ya...”
            “Tidak mau... Nenek bohong. Nenek sendiri kan yang bilang kalau Kinar sudah dewasa. Ayolah, Nek di mana?”
            “Sudahlah, lupakan saja. Nenek capek, ini nasinya sudah matang. Nenek siapkan dulu ya, nanti Kinar makan duluan, Nenek mau pergi sebentar”.
            “Nenek.... “ panggilku, tapi Nenek tetep saja tidak mengindahkanku. Ia tetap saja pergi meninggalkanku. Entah kenapa aku merasa Nenek begitu aneh pagi ini. Raut mukanya menunjukkan ketidaksukaan ketika aku bilang bahwa aku ingin pergi ke Danau itu. Nenek seperti menyembunyikan sesuatu di balik ceritanya. Bagaimana tidak, ketika Nenek menceritakan tentang begitu indahnya danau itu, ia seperti bersemangat sekali dan bahkan wajahnya terkadang ku lihat berseri, pandangan matanya menyorotkan sebuah kerinduan pada suatu hal yang tidak aku mengerti. Hah... Nenek, Nenek... memang orang yang paling misterius buatku. Bahkan, Nenek tidak pernah sekalipun menceritakan tentang kedua orang tuaku apalagi tentang kakekku, yang aku tau sejak kecil hanyalah kenyataan bahwa aku tinggal berdua bersama Nenek di gubuk kecil ini. aku menyayangi Nenek seperti aku menyayangi diriku sendiri dan aku tidak ingin kehilangannya sebelum aku bisa membuatnya bahagia. Berbicara tentang kebahagiaan Nenek, sekali aku pernah melihatnya menangis tersedu, entah karena apa. Setahuku, Nenek adalah orang yang paling kuat dan pantang untuk menangis. Namun, malam itu... dengan jelas aku melihat Nenek benar-benar menangis. Dalam isakan tangisnya aku mendengar, Nenek mengatakan kumbolo berkali-kali. Aku bingung apa maksudnya. Apa itu kumbolo?
            Dulu Nenek juga pernah mengajariku tentang yang namanya cinta. Aku sebenarnya tidak mengerti apa itu cinta. Aku tidak pernah tahu sebelumnya cinta itu makanan khas daerah mana, desa sebelah? Tapi, kata cinta itu terlalu bagus jika ku definisikan pada makanan. Sampai akhirnya, ketika aku bertemu dengan seorang pemuda dari desa sebelah aku merasakan sesuatu yang bagiku... benar-benar baru. Aku merasa begitu senang bertemu dengannya. Ada perasaan aneh yang menjalar dalam hatiku. Secara tiba-tiba wajahku akan menjadi panas ketika bertemu dengannya. Ku ceritakan pada Nenek dan ia menjawabnya begini, “itu yang namanya cinta nduk. Sekarang Kinar sudah 17 tahun. Kinar sudah dewasa. Berbahagialah. Nah, karena Kinar sudah dewasa, Nenek tidak akan lagi menceritakan tentang danau itu lagi”.
            Aku tahu sesuatu, Nenek berubah sejak aku menceritakan tentang perasaan anehku ketika bertemu dengan pemuda itu, dan malam setelah aku menceritakan hal itu, Nenek menangis. Hari-hari selanjutnya Nenek tidak pernah menceritakan tentang danau itu lagi. Iya benar, Nenek pasti menyembunyikan sesuatu. Aku harus cari tahu tentang itu.
            “Nenek, Kinar mau pergi dulu ya sebentar.” Pamitku pada Nenek yang sedang menjahit kelambu kamarku yang mulai rusak. Ia hanya mengangguk. Ada perasaan tak enak yang ku rasa dalam hati. Sejak kemarin, Nenek seperti mendiamkanku. Ah sudahlah, mungkin perasaanku saja.
************
            “Kanda, apa kamu pernah mendengar tentang sebuah danau di daerah dekat sini?” tanyaku pada pemuda yang belakangan hari ini membuatku seperti melambung ke negeri di atas awan, seperti yang pernah aku ceritakan. Memang itulah yang aku imajinasikan. Aku merangkainya bisa pergi ke tempat itu dengan pemuda ini. namanya kanda. Entah sejak kapan, aku dan dia seperti menjadi satu. Tanpa adanya pengakuan sebelumnya. Aku dan dia telah menjadi sepasang kekasih, begitu Nenek menyebutnya.
“Danau? yang kanda tahu dekat daerah sini memang ada sebuah danau. Kinar tidak pernah tahu kah? Bagaimana mungkin? bahkan itu dekat sekali dengan desamu”. Kanda melihatku tak percaya.
“Benarkah kanda? aku ingin sekali pergi ke sana. Maukah kau mengantarkanku?” tanyaku penuh harap padanya, setelah permintaanku kepada Nenek kemarin tidak di perhitungkan.
“Iya, kanda bisa saja.. kapan kita kesana?”
“Besok lusa bagaimana? Kanda bisa?”
“Iya nanti kita bertemu di sini lagi ya, jam seperti ini juga. Kanda tunggu”. Segera saja aku mengangguk dan tersenyum bahagia. Membayangkan bahwasanya aku bisa pergi ke tempat yang dalam penglihatanku sangat begitu sempurna. Apalagi bisa bersama orang yang mmm... aku cintai. Pada awalnya untuk mengatakan bahwa aku mencintainya, aku sangat malu. Aku tidak mengerti apa-apa sebelumnya. Tetapi, sejak mengenal kanda aku menjadi merasa lebih dari sebelumnya. Kanda juga sama denganku. Dia hanya tinggal berdua dengan Neneknya sejak kecil. Oleh karena itu, aku dan dia merasa cocok dan selalu bisa mengerti satu sama lain. tentang danau yang kanda bilang dekat dengan desaku. Aku juga masih membingungkannya. Mengapa Nenek tidak pernah menceritakannya? Bahkan Nenek mengatakan itu hanyalah khayalan Nenek saja. ah... Nenek jahat, aku harus segera menanyakannya.
“Kanda, aku pulang dulu ya... “
************
“Nenek, Nenek... “ panggilku ketika sampai di rumah.
            Tidak ada sahutan.
“Nenek... “ panggilku lagi.
Kembali tidak ada sahutan. Aku mencari Nenek ke dapur,  tempat tidur, belakang rumah, tetap saja Nenek tidak ada. Tanpa sengaja, aku melihat sebuah gulungan daun yang mulai mengering. Aku mengambilnya dan di situ aku melihat...
“Kinar sedang apa?” Nenek secara langsung mengambil gulungan itu dari tanganku.
“Nenek, apa itu? aku mencari Nenek sejak tadi. Tapi Nenek tidak menjawab sampai Kinar menemukan daun itu. apa itu nek? apa arti dari tulisan itu? apa itu kumbolo?”
“Sudah sudah, tidak usah menanyakan itu lagi. Nenek harus mencari kayu bakar lagi.” Ucap Nenek lalu pergi.
“Nenek, besok aku akan pergi ke danau itu dengan kanda”.
Langkah Nenek terhenti. Ia balik menghadapku. Wajahnya berubah menjadi guratan kecewa dan penuh iba.
“Mau apa nduk? tidak, Nenek tidak mengijinkanmu ke sana”. Nenek mulai terisak. Aku menjadi semakin bingung. Aku hanya ingin pergi ke tempat yang selama ini Nenek ceritakan dengan begitu semangatnya. Tapi kenapa Nenek malah melarangnya?
“Kenapa nek? Kinar tidak sendiri, nanti bersama kanda... nan..”
“Apa?” Nenek memotong pembicaraanku, “tidak boleh nduk, tidak ada danau itu. hanya khayalan dalam pikiran Nenek saja”.
“Nenek bohong. Kanda bilang ia tahu tempat itu dan bahkan sangat dekat dengan desa kita. Kenapa Nenek tidak menceritakannya dari dulu?”
“Tidak ada yang perlu diceritakan. Nenek tetap tidak memperbolehkanmu pergi ke sana. Apalagi hanya bersama kanda. Nenek tidak mau”.
“Tidak nek, Kinar tetap akan pergi, jika Nenek tidak mau menceritaan sebenarnya apa alasan Nenek melarangku”. Ucapku lalu pergi meninggalkan Nenek begitu saja. sebenarnya aku tidak tega membuat Nenek seperti itu. tetapi, di lain sisi aku juga sebal kepada Nenek, kenapa ia membohongiku sejak kecil? Sebenarnya ada apa? aku hanya ingin tahu itu saja. dan... gulungan tadi... kembali aku menemukan kata kumbolo. Apa itu kumbolo?
Aku mencari tahu tentang arti kumbolo. Aku merasa orang yang selama ini dapat ku percaya tentang segala hal yang ada di bumi ini, yaitu Nenek tidak bisa ku percaya lagi. Sejak kecil, aku memang jarang berinteraksi dengan teman-teman seumuranku di desa. Aku selalu di rumah dan menemani Nenek melakukan hobinya, menjahit. Aku mulai dari rumah sebelah rumahku. Anehnya, ketika aku tanya tentang kumbolo semua orang yang aku tanyai menjadi diam dan meninggalkanku dengan wajah penuh iba. Sekali lagi aku merasa menjadi orang paling bodoh karena seperti tidak mengetahui hal yang sudah banyak orang lain ketahui. Aku semakin bingung dengan keadaan ini. aku tidak sabar menunggu hari esok agar secepatnya bisa bertemu kanda dan mengajakku pergi ke danau itu. tentu saja, aku pergi tanpa sepengetahuan Nenek. Karena pastinya dia tidak akan mengijinkanku. Aku harus pergi pagi-pagi sekali ketika Nenek pergi ke pasar.
Keesokan harinya, aku segera beranjak dari tempat tidur dan mengendap-endap keluar dari rumah. Sampai di tempat yang kemarin, aku lihat kanda telah menungguku dengan senyumannya yang khas. Dia menyambutku dengan wajah begitu bahagia.
“Ada apa kanda? Kenapa kamu tersenyum terus sejak tadi?” tanyaku kemudian.
“Tidak apa-apa. aku hanya bahagia sekali karena akhirnya bisa pergi ke danau itu bersamamu. Ah.. jangan menyebutnya danau. Danau itu punya nama, namanya ranu kumbolo”.
“Apa? ra.. ranu.. kumbolo?” tanyaku tak percaya.
“Iya Kinar, ranu kumbolo. Ada apa?
“Ah.. tidak, tidak apa-apa? lalu kenapa senang kanda?” tanyaku lagi mengalihkan pembicaraan. Aku seperti menemukan titik terang tentang kumbolo yang pernah membuat Nenek menangis.
“Di sebelah barat ranu kumbolo itu, ada sebuah tanjakan yang orang-orang di desaku menyebutnya tanjakan cinta. Kinar belum pernah tahu?”
“Belum... memang kenapa kanda dengan tanjakan itu?”  tanyaku semakin penasaran.
“Jadi, jika nanti kita bisa melewati tanjakan itu tanpa menoleh ke belakang sedikitpun, maka kita akan berjodoh dengan pasangan kita. Dan kanda bahagia bisa ke sana bersamamu, Kinar”.
“Benarkah? Kenapa Nenek tidak menceritakan tentang tanjakan cinta itu pada Kinar, kanda? Padahal itu sangat menarik sekali. Kinar ingin secepatnya sampai ke tempat itu. ayo kanda segera berangkat”. Pintaku dan langsung saja kanda menggenggam tanganku lalu berjalan menyusuri hutan yang ditumbuhi pinus-pinus yang menjulang dengan tingginya. Ini yang aku suka dari desaku. Kata Nenek, di daerah lain sulit ditemui pohon-pohon pinus seperti di sini. Dan tentu saja aku bangga dengan itu.
Beberapa menit kemudian, kanda melepaskan genggamanku. Lalu membiarkanku melihat sekeliling. Sebelumnya aku tidak melihat apa-apa. tapi, setelah kanda memotong ranting yang ada di depanku, aku melihat suatu pemandangan yang begitu menakjubkan. Ini benar-benar seperti surga yang ku imajinasikan kemarin. Benar-benar sama. Aku tidak percaya.
“Itu apa kanda?” tanyaku.
“Itu yang namanya ranu kumbolo, Kinar dan di sebelah barat itu tanjakannya”. Kanda menjawab pertanyaanku lalu menunjuk sebua tanjakan yang beralaskan tanah bumi yang begitu tinggi, negeri di atas awan. Iya, aku ingat. Tanjakan itu yang ku sebut sebagai tanjakan menuju negeri di atas awan kemarin, tenyata tanjakan itu memiliki nama tanjakan cintaa.
“Ayo kanda kita harus pergi kesana. Aku ingin segera melewatinya”. Seruku.
Sebelum aku beranjak pergi, kanda menahan tanganku. Ia lalu bercerita bahwa ketika melewati tanjakan itu, aku tidak di perbolehkan untuk berjalan di belakangnya dan aku harus selalu dalam genggamannya. Dan ketika kutanya kenapa, kanda hanya diam saja lalu tersenyum. Aku menangkapnya sebagai gurauan, tapi tidak ku tunjukkan. Aku menggangguk saja setelah mendengarnya. Begitu sampai di kaki tanjakan itu, rasa bahagia semakin membuncah dalam hatiku. Nenek pasti akan sangat bahagia begitu ia tahu, cucunya mampu melewati tanjakan ini bersama kekasihnya. Sepulang nanti aku akan menceritakannya pada Nenek. Aku yakin Nenek akan urung memarahiku. Aku yakin.
“Siap Kinar?” Kanda melihatku, di balik sorot matanya aku melihat ada sebuah rasa kekhawatiran yang begitu besar di dalamnya. Entah apa itu aku tidak mengerti, yang aku tahu sekarang, aku akhirnya bisa berada di tempat yang selama ini hanya ada dalam lamunanku. Kanda semakin mempererat genggamannya.
“Siap kanda”. Jawabku penuh keyakinan.
**************
Saat ini, aku berada di tengah-tengah tanjakan. Sebentar lagi aku dan kanda akan sampai pada puncaknya, dan aku akan berdoa kepada Tuhan semoga keyakinan yang selama ini dipercayai dapat terwujud, aku dan kanda bisa bersatu selamanya. Sebenarnya aku ingin sekali melihat ke belakang. Tetapi, aku juga tidak ingin kepercayaan itu hilang hanya karena keinginan kecilku itu. aku melihat kanda di sebelahku, genggamannya masih tetap kuat. Jujur saja aku sudah capek sejak tadi. Tetapi genggamannya membuatku untuk tetap kuat. Aku yakin aku bisa melaluinya. Sampai akhirnya, kakiku aku rasa kaku. Kakiku tidak bisa aku gerakkan. berat.. aku minta kanda untuk membiarkanku istirahat sebentar dan menyuruhnya melanjutkan perjalanan sampai di atas puncak tanjakan itu. tapi kanda menolaknya. Aku pun juga bersikeras tetap memaksanya untuk meneruskan perjalanan. Awalnya kanda merasa sedih, tapi aku tetap menyemangatinya dengan mengatakan bahwa aku akan segera menyusulnya di atas.
“Kanda pergi saja ke atas, nanti Kinar akan menyusul kanda. Tenang saja. Kinar tidak apa-apa. oya, kanda jangan pernah menoleh ke belakang ya apapun yang terjadi. Meskipun Kinar memanggil kanda nanti. Karena Kinar ingin bisa selamannya bersama kanda. Bisa kan kanda?”
“Tetapi nanti Kinar harus menyusul kanda ya, kanda yakin Kinar bisa”.
Aku tersenyum saja mendengarnya. Aku bisa melihat dengan jelas, bahwa kanda memang benar-benar sangat menginginkanku untuk tetap berada di sisinya. Tapi, jika ku biarkan ia menungguku di sini. Aku takut hari semakin sore dan akhirnya sebelum mencapai puncak kita sudah harus segera pulang. Pikirku, setelah melihat kanda sampai di puncak sana aku akan semakin termotivasi untuk menyusulnya.
“Sudah berangkat saja, kanda. Ingat jangan menoleh ke belakang apapun yang terjadi” ingatkanku sekali lagi. Ia hanya mengangguk dan mengecup keningku. Sekali lagi, aku tersenyum bahagia.
Ketika ku lihat kanda mulai menjauh. Aku membuka gulungan daun yang ku ambil pagi tadi ketika Nenek tidak di rumah. Aku masih penasaran dengan isinya. Diam-diam aku mengintip Nenek ketika akan menyimpannya.

Ranu kumbolo, tempat dimana kita bertemu dan akhirnya mempersatukan cintamu denganku. Namun mengapa tempat itu juga yang membiarkanku harus rela kehilanganmu?
Tanjakan di sebelah barat itu, kamu tahu? Sekarang telah bernama menjadi tanjakan cinta. Tanjakan di mana aku harus siap menerima kenyataan bahwa engkau meninggalkanku untuk selamanya karena menyelamatkan nyawaku.
Tanjakan cinta yang mereka bilang, tanpa mereka sadari sangat menyakitiku.
Bagaimana mungkin tragedi itu bisa membuat mereka menyebutnya sebagai tanjakan cinta?
Ranu kumbolo, kita bertemu.
Ranu kumbolo, kita berpisah.
Apa kamu setuju dengan tanjakan cinta itu?
Aku takut anak-cucuku mempercayainya dan selanjutnya akan sama dengan orang-orang setelah kita yang mecoba untuk melaluinya.

Apa maksudnya ini? aku berusaha mengingat kembali apa yang diceritakan oleh kanda tadi sebelum berangkat. Kanda hanya bilang bahwa aku tidak diperbolehkan untuk berjalan di belakangnya, kenapa? Ada apa dengan Nenek sebenarnya? Kenapa di sini tertulis bahwa seseorang telah menyelamatkannya.
“Kanda !!” teriak ku tanpa sadar. Ia tidak menoleh. Aku panggil lagi, ia tetap tidak menoleh. Aku seperti merasa tertahan. Tubuhku menjadi sulit untuk ku gerak kan. aku menyadari sesuatu. Apa mungkin, orang yang menjadi awal dari kisah ini adalah Nenek dan kakek ku? Nenek memangis dengan selalu menyebut kumbolo. Nenek juga tidak pernah mau membahas tentang danau dan tanjakan ini. jadi apa benar Nenek yang telah membawa kisah ini? “kanda !!” panggilku lagi. Aku berusaha untuk mengangkat tubukhu agar segera menyusulnya dan mematahkan kisah ini. tetapi aku rasa sulit. Aku tidak bisa mengangkat tubuhku, tiba-tiba ku rasakan tanah yang ku pijaki bergerak perlahan, perlahan, cepat dan ku lihat kanda menghilang.
“Kanda?” 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Happy Birthday To Me ^^

Happy birthday to me.. happy birthday to me.. happy birthday.. happy birthday.. happy birthday to me.. selamat ulang tahun, iien :) yang terbaik semoga selalu untukmuu.. ayoo.. jangan lupa tiup lilinnya dulu.. tapi, sebelum tiup lilin, make a wish yaa.. ;-) "well, I hope good value for my exams. and I hope I can be loved by the person whom I loved. and hopefully in that I was eighteen, I was more making people around me happy smile" amienn amiennn ya robbal alamiennn :) "I also hope that could quickly pass, and my goal is reached, the author. There again, I also hope that God will soon send someone to love me sincerely as possible and of course I love him" amienn amiennn ya robbal alamiennn.. oke, guys.. time to blow the candle.. pfuuuuuuuuuuuhhhhhh :D pas pergantian hari kemarin dari tanggal 28 ke tanggal 29 aku ga bisa tidurr.. haha.. enggak deh, aku nyenyak tidur malah... sebenernya, aku ngarep yang ngucapin pertama kali tuh orang ya

Adapted by 5cm

Tentang cinta dan persahabatan memang tidak pernah bisa dipisahkan. Lalu, bagaimana jika cinta dan persahabatan tersebut dapat membuat kita lebih mengerti apa yang kita mau dan apa yang harus kita lakukan kedepannya? Lalu bagaimana jika cinta dan persahabatan tersebut dapat membuat kita lebih mengenal dan menyayangi hal yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya? Cinta… Dat a ng tak terduga… Membawa kebahagiaa n, m embawa kesenanga n, m embawa keceriaan… Cinta… Dat a ng tak terduga… Membawa kesengsaraan , m embawa penderitaan , m embawa kesedihan… Cinta… Dat a ng tak terduga… M enghidupkan tapi, tak jarang membunuh… Cinta… Dat a ng tak terduga… Pada siapa, kapan, dimana dan mengapa… Cinta… Dat a ng tak terduga… Hanya hati yang meras a, b ibirpun diam , h anya mata yang berbicara.. Cinta… Dat a ng tak terduga… Tak terasa tapi, sebenarnya ada… Tak terlihat tapi sebenarnya nyata… Tak terbayangkan tapi sebenarnya mengerti seperti apa… Ci

Forgive me

I'm sorry that still keep this feeling. I'm sorry that still disturb quietness brother. I know I am wrong. once again I am sorry. I do not know what else to do. that is in my mind, only one. "I'm sorry" I never mean to enter into lives a brother, especially hearts brother. I just wanted to tells what is in my heart. just that. I just wanted to share. nothing more. forgive me if it even makes brother uncomfortable. once again sorry and sorry.